BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Organisasi
keselamatan kerja terdapat pada unsur pemerintah, dalam ikatan profesi,
badan-badan konsultasi di masyarakat, di perusahaan-perusahaan, dan lain-lain.
Program pemerintah khususnya pembinaan dan pengawasan bersama-sama dengan
praktek keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan isi mengisi, sehingga
dicapai tingkat keselamatan kerja di perusahaan yang etinggi-tingginya. Selain
itu, perusahaan-perusahaan dalam meningkatkan penerapan keselamatan kerja di
perusahaanya dapat memperoleh bantuan keahlian dari badan-badan konsultasi atau
lembaga-lembaga pengujian. Pada tingkat perusahaan, pengusaha dan buruh adalah
kunci kea rah keberhasilan program keselamatan kerja. Ikatan profesi
meningkatkan pula profesi keselamatan kerja, agar menunjang program keselamatan
kerja.
Secara
keilmuan, keselamatan kerja memerlukan keahlian-keahlian lain, seperti
teknologi, kimia, fisika, toksikologi, kesehatan, statistic, fisiologi,
psikologi, dan lain-lain. Maka dari itu, selain ahli atau teknisi keselamatan
kerja masih di perlukan insinyur, dokter, ahli faal, ahli jiwa, ahli statistic,
dan lain-lain. Organisasi keselamatan kerja di tingkat perusahaan ada dua
jenis, yaitu :
1.Organisasi
sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan dan disebut bidang, bagian,
dan lain-lain keselamatan kerja. Oleh karena merupakan bagian organisasi
perusahaan, maka tugasnya kontinyu, pelaksanaanya menetap dan anggarannya
sendiri. Kegiatan-kegiatannya biasanya cukup banyak dan efeknya terhadap keselamatan
kerja adalah banyak dan baik.
2.Panitia
keselamatan kerja, yang biasanya terdiri dari wakil pimpinan perusahaan, wakil
buruh, teknisi keselamatan kerja, dokter perusahaan dan lain-lain. Keadannya
biasanya mencerminkan panitia pada umumnya. Pembentukan panitia adalah atas
dasar kewajiban undang-undang.
B. MAKSUD
DAN TUJUAN KEBIJAKAN K3
Kebijakankesehatandankeselamatankerjaadalahsuatupernyataantertulis
yang ditandatanganiolehpengusahaataupengurus yang
memuatkeseluruhanvisidantujuanperusahaan, komitmendantekadmelaksanakankeselamatandankeselamatankerja,
kerangkadan program kerja yang mencakupkegiatanperusahaansecaramenyeluruh yang
bersifatumumdanatauoperasional.
Kebijakankeselamatandankesehatankerjadibuatmelaluikonsultasiantarapengurusdanwakiltenagakerja
yang
kemudianharusdijelaskandandisebarluaskankepadasemuatenagakerjabersifatdinamikdanselaluditinjauulangdalamrangkapeningkatankinerja
K3.
Harusadakebijakan K3 yang
disyahkanolehmenejemenpuncak, yang secarajelasmemeberikankerangkasasaran K3
dankomitmendalammemperbaikikinerja K3.Kebijakanharus :
a.Sesuai dengan
sifat dan skala resiko K3 dari organisasi.
b.Mencakup
komitmen untuk perbaikan berkelanjutan.
c.Mencakup
komitmen ketaatan untuk memenuhi peraturan K3 dan persyaratan lainnya yang
berhubungan dengan organisasi.
d.Terdokumentasi,
diterapkan, dan dipelihara.
e.Dikomunikasikan
pada seluruh personel dengan menekankan karyawan untuk peduli dengan kebijkan
K3-nya.
f.Tersedia pada
pihak terkait.
g.Ditinjau
secara periodik untuk memastikan bahwa kebijakan tersebut masih relevan dan
sesuai dengan organisasi.
Sama halnya
dengan Sistem Manajemen Mutu ISO 9001:2000, dalam OHSAS 18001:1999 harus ada
kebijakan K3.Kebijakan K3 ini sebagai arahan dan prinsip dasar dalam segala
aktivitas di organisasi. Kebijakan K3 harus dibuat dan disahkan oleh ikan
manajemen puncak. Kebijakan K3 yang disusun harus konsisten dengan kebijakan
bisnis organisasi, dan bagi perusahaan yang sudah menerapkan ISO 9001 : 2000
atau ISO 14001 : 1996 dapat mengintegrasikannya ke dalam standar tersebut,
dengan cara melakukan perbaikan dn penambahan poin-poin yang sesuai.
Sesuai dengan
persyaratan standar, kebijakan K3 harus memenuhi beberapa aspek, antara lain:
·Harus sesuai dengan sifat dan skal risiko K3
Analisis
bahaya, penilaian dn pengendalian risiko merupakan dasar dari penerapan Sistem
Manajemen K3, karen itu perlu direflesikan dalam kebijakan K3. berbeda dengan
visi dan misi, maka sebuah kebijakan K3 haruslah realistik.
·Mencakup komitman perbaikan berkelanjutan
Harapan sosial
adalah meningkatkan tekanan pada orgnisasi untuk mengurangi risiko penyakit
akibat kerja, kecelakaan, dan insiden di tempat kerja. Dalm memenuhi persyratan
perundangan, organisasi harus melakukan perbaikan terhad p kinerja K3-nya.
·Mencakup komitmen untuk memenuhi persyaratan perundangan
dan persyaratan lainnya
Organisasi
dipersyaratkan untuk memenuhi persyaratn perundangan dan peraturan dan lainnya
yang terkait. Persyaratan-persyaratan UU atau peraturan pemerintah yng terkait
harus diidentifikasi, persyaratan lain maksudnya adalah kebijakn perusahaan
induk, standar internal organisasi, dan spesipikasi.
·Terdokumentasi, diterapkan dan dipelihara
Rencana dana
dan persiapan yang tepat adalah kunci sukses penerapan, terkadang kebijakan dan
sasaran yang ditetapkan tidak realistik karena tidak tepat dan sumber daya yang
tidak sesuai untuk mencapainya. Karena itu disarankan sebelum buat kebijakn,
organisasi harus memastikan keuangan, kemampuan dan sumber daya yang sesuai
serta semua sasaran yang ditatepkan secar masuk sbisa tercapai yang dapat
dilihat dalam kerangka kerjanya.
·Dikomunikasikan kepada seluruh personel
Kesuksesan
sistem manajemen K3 sangat dipengaruhi dari keterlibatan dan komitmen
personelnya. Untuk itu sebuah organisasi perlu memastikan karyawannya peduli
terhadap kwalitas lingkungan kerjanya dan akibat yang ditimbulkan. Karena itu
persyaratan ini memprsyaratkan organisasi harus mengomunikasikan pada semua
level. Kesalah besar yang sering terjadi adalah para personel hanya menghafal
kebijakan K3 tersebut. Padahal yang terpenting OHSAS 18001 adalah kebijakan K3
yang ditetapkan tersebut dapat dipahami oleh semua level personel sehingga
mereka dapat kerangka kerja K3 yang sesuai dengan jenis pekerjaannya.
·Tersedia bagi pihak terkait
Pihak mana pun
yang terpangaruh oleh kinerja k3 organisasi harus dipastikan mengetahui tentang
keberadaan kebijakan K3, biasanya dengan membuat dalam bentuk pigura yang
ditempelkan di ruang tunggu, atau di brosur pamasaran.
·Ditinjau secara periodik untuk memastikan bahwa kebijakan
K3 masih relevan dan sesuai dengan organisasi
Perubahan
peraturan, harapan sosial yang meningkat, dan perubahan organisasi sering kali
terjadi, konsekuensinya kebijakan K3 dan sistem manajemen K3 harus ditinjau
secara periodik untuk memastikan kesesuainnya dan keefektifanya. Hasil
perubahanya harus juga dikomunikasikan kepada pihak terkait.
Dalam menyusun
sebuah kebijakan K3 yang baik, manejemen puncak dapat mempertimbangkan hal-hal
berikut :
-Aspek bahaya yang trjadi.
-Persyaratan perundang-undangan.
-Sejarah dan kinerja K3 organisasi.
-Kebutuhan pihak terkait.
-Peluang dan kebutuhan perbaikan
berkelanjutan.
-Sumber daya yang diperlukan.
-Kontribusi karyawan, rekanan, pihak
luar lainya
C.Organisasi
Kesehatan dan Keselamatan Kerja
Organisasi
keselamatan kerja terdapat pada unsur pemerintah, dalam ikatan profesi,
badan-badan konsultasi di masyarakat, di perusahaan-perusahaan, dan lain-lain.
Program pemerintah khususnya pembinaan dan pengawasan bersama-sama dengan
praktek keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan isi mengisi, sehingga
dicapai tingkat keselamatan kerja di perusahaan yang etinggi-tingginya. Selain
itu, perusahaan-perusahaan dalam meningkatkan penerapan keselamatan kerja di
perusahaanya dapat memperoleh bantuan keahlian dari badan-badan konsultasi atau
lembaga-lembaga pengujian. Pada tingkat perusahaan, pengusaha dan buruh adalah
kunci kea rah keberhasilan program keselamatan kerja. Ikatan profesi
meningkatkan pula profesi keselamatan kerja, agar menunjang program keselamatan
kerja.
Secara
keilmuan, keselamatan kerja memerlukan keahlian-keahlian lain, seperti
teknologi, kimia, fisika, toksikologi, kesehatan, statistic, fisiologi,
psikologi, dan lain-lain. Maka dari itu, selain ahli atau teknisi keselamatan
kerja masih di perlukan insinyur, dokter, ahli faal, ahli jiwa, ahli statistic,
dan lain-lain.
D.ORGANISASI PEMERINTAH
Organisasi
keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah di tingkat pusat terdapat dalam
bentuk direktorat pembinaan norma keselamatan dan kesehatan kerja. Direktoratjendralperlindungandanperawatantenagakerja.Fungsi-fungsidirektorattersebutantara
lain adalah :
1.melaksanakan
pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan
kerja di bidang mekanik.
2.melakukan
p[embinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan
kerja di bidang listrik.
3.melakukan
pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan
kerja di bidang uap.
4.melakukan
pembinaan, pengawasan serta penyempurnaan dalam penetapan norma-norma
keselamatan kerja di bidang pencegahan kebakaran.
Sub direktorat
yang ada sangkut pautnya dengan keselamatan kerja di bawah direktorat tersebut
membidangi keselamatan kerja mekanik, keselamatan kerja listrik, keselamatan
kerja uap dan pencegahan kebakaran. Seksi-seksi di bawah keselamatan kerja
mekanik adalah seksi mesin produksi, seksi pesawat tekanan, seksi pesawat
transport dan angkut dan seksi pesawat umum. Di dalam sub
direktorat keselamatan kerja mekanik terdapat seksi pembangkit listrik, seksi
distribusi listrik dan seksi pesawat listrik.
E.ORGANISASI TINGKAT PERUSAHAAN
Organisasi
keselamatan kerja di tingkat perusahaan ada dua jenis, yaitu :
1.Organisasi
sebagai bagian dari struktur organisasi perusahaan dan disebut bidang, bagian,
dan lain-lain keselamatan kerja. Oleh karena merupakan bagian organisasi
perusahaan, maka tugasnya kontinyu, pelaksanaanya menetap dan anggarannya
sendiri. Kegiatan-kegiatannya biasanya cukup banyak dan efeknya terhadap
keselamatan kerja adalah banyak dan baik.
2.Panitia
keselamatan kerja, yang biasanya terdiri dari wakil pimpinan perusahaan, wakil
buruh, teknisi keselamatan kerja, dokter perusahaan dan lain-lain. Keadannya
biasanya mencerminkan panitia pada umumnya. Pembentukan panitia adalah atas
dasar kewajiban undang-undang.
Tujuan
keselamatan pada tingkat perusahaan adalah sebagai berikut :
1.pencegahanterjadinyakecelakaan
2.pencegahan
terhjadinya penyakit-penyakit akibat kerja.
3.pencegahan
atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya kematian akibat kecelakaan
oleh karena pekerjaan.
4.pencegahan
atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat akibat pekerjaan.
5.pengamatan material, konstruksi,
bangunan, alat-alatkerja, mesin-mesin, pesawat-peawat, instalansi-instalansi,
dan lain-lain.
6.peningkatan
produktifitas kerja atas dasar tingkat keamanan kerja yang tinggi.
7.penghindaran
pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan sumber produksi lainnya sewaktu
bekerja.
8.pemeliharaantempatkerja yang
bersih, sehat, aman, dannyaman.
9.peningkatandanpengamananproduksidalamrangkaindustrialisasidanpembangunan.
Berdasarkanpengamatandankajianterhadapimplementasi
TI, khususnya di perusahaan-perusahaan Indonesia, nampaknyahal yang
menjadikuncisuksesutamaadalahaspek leadership
ataukepemimpinandariseorangPresidenDirektur.Pimpinanperusahaaniniharusdapatmenjadi
“lokomotif” yang dapatmerubahparadigmapemikiran (mindset) terhadap orang-orang
di dalamorganisasi yang
belummengetahuimanfaatstrategisdariteknologiinformasibagibisnisperusahaan.
Disampingitu, yang bersangkutanharusmemilikirencanastrategisatau
roadmap yang jelasterhadappengembanganteknologiinformasi di
perusahaannyadansecarakonsistendankontinyudisosialisasikankeseluruhjajaranmanajemendanstafnya.
Hal-halsemacam business plan, kebijakan (policy), masterplan, cetakbiru, dan
lain
sebagainyadapatdijadikansebagaialatuntukmembantumanajemendalamusahanyauntukmengembangkan
TI secaraholistik, efektif, danefisien.
BAB II
ISI
A.Tanggungjawabmanajerial
Menurut Liang Gie (1982)
dalamMamanUkas (1999), bahwakemampuanmanajerial( Managerial Competence) adalah:
“Dayakesanggupandalammenggerakkan orang-orang
danmenggerakkanfasilitas-fasilitasdalamsuatuorganisasi. Nilai dalam
manajemen sangat menentukan oleh karena nilai demikian berkenaan dengan
aktivitas pokok yaitu memimpin suatu organisasi yang bersangkutan. Nilai ini
dikenakan terutama kepada manajer organisasi itu. Kadangkala daya kemampuan ini
disebut juga atau dikatagorikan dalam kemahiran manajemen”.
Peter F Drucker
yang dikutip dalam jurnal Muhamad Nursadik (2004) mengungkapkan bahwa “tugas
utama dari seorang manajer profesional adalah bagaimana meningkatkan customer
(meningkatkan pelanggan). Dalam konsep ini dikatakan bahwa seorang manajer
profesional yang pertama-tama harus diketahuinya adalah tujuan perusahaannya.
Berangkat dari tujuan perusahaan tersebut semua stafnya harus mengetahui dengan
jelas dan memberikan kontribusinya sesuai dengan bidang kerjanya untuk mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditetapkan”
Tanggung jawab dari seorang manajer yang profesional adalah memberikan sugesti dan selalu mendengarkan dari staf kemungkinan penyelesaian masalah dalam suatu persoalan yang spesifik. Dan yang tak kalah pentingnya adalah memberikan kesempatan kepada staf untuk melakukan sesuatu yang dianggap penting dibanding kalau staf itu tinggal mau menerima perintah baru mengerjakan sesuatu.
Tanggung jawab dari seorang manajer yang profesional adalah memberikan sugesti dan selalu mendengarkan dari staf kemungkinan penyelesaian masalah dalam suatu persoalan yang spesifik. Dan yang tak kalah pentingnya adalah memberikan kesempatan kepada staf untuk melakukan sesuatu yang dianggap penting dibanding kalau staf itu tinggal mau menerima perintah baru mengerjakan sesuatu.
Maman Ukas
(1999) mengemukakan, sesuai dengan kode etik dari manajer yang salah satunya
mencari dan merekomendasi untuk menaikan produktivitas dan efisiensi harus
didukung oleh kemampuan manajerial dari seorang manajer. Selanjutnya, Maman
Ukas (1999) menyatakan manajer yang memilki kemampuan manajerial (manajer
kompeten) adalah seorang yang memiliki kompetensi manajerial, yaitu memiliki
pengetahuan, dan sikap perilaku yang turut berkontribusi terhadap penampilan
manajerial yang efektif. Karena seseorang akan mampu mengelola organisasi
apabila ia memiliki kecakapan manajerial (managerial competensy) yaitu suatu
keterampilan atau karakteristik personal yang membantu tercapainya kinerja yang
tinggi dalam tugas manajemen. Adapun beberapa penjelasan tentang manajer itu
adalah :
Bertanggung
jawab atas seluruh aktivitas SDM di dalam perusahaan. Mengelola,
mengkoordinasi, dan menyelaraskan seluruh aktivitas yang berhubungan dengan SDM
untuk mendukung kebutuhan usaha. Mengkoordinasikan resolusi kebijakan-kebijakan
SDM yang khusus/ terperinci, permasalahan seputar prosedur, dan permintaan atas
keterangan. Mencapai kebutuhan tenaga kerja yang efektif melalui proses seleksi
dan rekrutmen di seluruh level, baik internal maupun eksternal.
TanggungjawabUtama :
a).Menetapkandanmenjagaprosedurdankebijakan
SDM, mengkoordinasidanmelaksanakanaktivitaspengembangandanpelatihan,
strategi-strategiperekrutan, membantumemudahkan program
perencanaanpenerusanmanajemen,
mengikutiperkembanganhukumdalamketenagakerjaandanhubunganindustri,
menjagahubungandenganpegawaipemerintahan yang bersangkutan,
memeriksapraktek-praktek SDM
danmendukungdivisi-divisidalammencapaitujuanbisnisperusahaan.
b).Menyediakannasihatdandukunganuntukmanajemenatasisuataumasalah
yang berhubungandengansumberdaya yang diperlukan, desaindanpengembanganorganisasi,
pengembangandanpembelajaran, pengelolaanperforma/ kinerja,
kompensasidantunjangan, danmasalah-masalah SDM lainnya.
c).Menyelaraskan
SDM dengan strategi bisnis untuk menciptakan hasil yang selaras dengan
kesuksesan bisnis.
d).Meningkatkan
performa organisasi dan karyawan melalui motivasi dan kesempatan pengembangan
diri yang menyelaraskan tujuan perusahaan dan tujuan pribadi karyawan.
e).Memastikan
bahwa segala proses SDM yang berlangsung difokuskan pada penghematan biaya,
kualitas, serta kepuasan jasa dan pelanggan.
f).Bertanggung
jawab atas seluruh aktivitas SDM, termasuk angkatan kerja/ ketenaga-kerjaan,
kompensasi, hubungan dalam ketenagakerjaan, tunjangan, serta pelatihan dan
pengembangan.
g).Kewajiban-kewajiban lain seperti
yang telahditugaskan.
2.Manajer
Pemasaran
Tanggung Jawab
Utama adalah sebagai berikut :
a).Merencanakanstrategipemasaran.
b).Mengadakan
pembinaan dan pengembangan jalur pemasaran.
c).Menyelenggarakanrisetpasar
d).Mengupayakan
dan memenuhi undangan tender yang didapat.
e).Mengkoordinasikan
proses penawaran dengan fungsi terkait.
f).Menyajikan
informasi harga perkiraan dari pemilik/pesaing.
g).Melaksanakan
penerapan sistem manajemen mutu yang dikembangkan perusahaan.
h).Membina
fungsi di lingkungannya dan SDM yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan
arah perkembangan perusahaan.
i).Melaksanakan
koordinasi dengan pihak eksternal yang terkait dengan fungsi pemasaran dalam
rangka upaya optimalisasi perolehan pesanan, undangan tender.
j).Evaluasi
tender yang kalah dan kondisi pasar
B.Tanggungjawab supervisor
Posisi Supervisor
(PenyeliaatauPengawas) menempatiperan yang sangat crucial di
dalamsuatuorganisasi. Di satusisi, sebagaiwakil Management yang
terdekatdengankaryawan, iamemilikifungsi yang vital karenaharusmampumenjadijembatanuntukmenerjemahkanVisidanMisi
Perusahaan
kemudianmenderivasinyauntukdiimplementasikanbersama-samadengananakbuahnya. Di
sisilain, Supervisor
mengembanamanahuntukmampumenyerapdanmengkomunikasikanaspirasikaryawansebagaimasukanbagi
Perusahaan untukmenjagasituasidankondisi yang
kondusifbagiterpeliharanyaproduktivitas yang maksimaldankinerja yang optimal.
Secaraumumtugasdantanggungjawabpenyeliadalamusahakeselamatandankesehatankerjahanyalahsingkatyaitu
:memimpinpelaksanaanproduksisecaraaman.
Tampakjelasbahwapenyeliamerupakansalahsatupejabatlini yang
harusbertanggungjawabterhadapkesehatandankeselamatankerja yang dipimpinnya
(termasukkeslamatandankesehatanbawahannyaselamabekerja ). Memangiabukansatu –
satunyapejabatlini yang peranannyasangatmenentukandalamusahakeselamatandankesehatankerja,
tetapisebagaipimpinanpelaksanakerjaiabertanggungjawabsecaralangsungterhadapkeselamatandankesehatankerjatersebut.
Untukmemenuhitanggungjawabdiatas,
penyeliaharusmelakukanbebarapatugaspengawasanyaitu :
a).melakukan
induksi/orientasi bagi pekerja baru dan pindahan dari unit lain
b).memberi contoh
bertingkah laku secara aman, sehat dan selamat
c).memimpin,
melatih dan memberikan motivasi kepada bawahannya agar bertindak secara aman
sehat dan selamat
d).melakukan
komunikasi yang baik dengan kelompok – kelompok pekerja yang dipimpinnya
e).memberikan
instruksi kerja yang benar dan jelas sehingga dapat dihindarkan pelaksanaan
kerja yang salah
f).menilai proses
operasi dan menentukan kemungkinan bahaya yang ada di unit kerja/ pekerja yang
dipimpinnya
g).melaksanakan
pengamatan dan analisa pelaksanaan kerja yang aman (job safety observation
& job safety analysis)
h).menentukan cara
terbaik untuk mengatasi bahaya serta perbaikan cara kerja yang tak aman
i).memilih dan
menentukan penggunaan alat keselamatan kerja di daerah yang di pimpinnya
j).mengawasi
pelaksanaan pareturan keselamatan dan kesehatan kerja di daerah yang
dipimpinnya
k).melakukan
inpeksi berkala yang berencana
Hal – hal yang
harus diperhatikan dalam inpeksi adalah :
1)alat dan mesin
berada dalam keadaan aman untuk digunakan
2)semua
perlindungan mesin dan tanda peringatan bahaya pada tempat yang semestinya
3)alat pemadam
api/ kebakaran dan alat keselamatan kerja diletakkan/disimpan pada tempat yang
semestinya secara baik
4)tidak ada
titik- titik atau daerah berbahaya yang tak berpelindung
5)lorong – lorong
tak terhalang dan jarak antara mesin diperhatikan
6)tata letak
/rumah tangga ( house keeping ) berada dalam keadaan baik
7)bahan/peralatan
kerja kerja disimpan dengan baik di daerah tempat kerja
8)pekerja
mematuhi peraturan keselamatan dan kesehatan kerja yang berlaku
l).membina
kesiagaan unit kerja yang dipimpinnya terhadap keadaan gawat darurat
m).mengusahakan
agar pembuangan bahan buangan pabrik ( limbah. Ampas, dan gas buang) tidak
sampai menimbulkan pencemaran yang merugikan masyarakat
n).melakukan
penyelidikan terhadap kecelakaan da insiden yang terjadi dan membuat laporan
usul perbaikan untuk mencegah agar hal yang sama tak terulang kembali
o).dan lain – lain
C.Tanggungjawab
Direktur K3
Direktur K3
adalah orang memimpin jalannnya program-program K3 pada perusahaan. Jabatan
tertinggi adalah pada level Direktur (anggota Direksi) atau Chief Information
Officer, yang memiliki paling tidak 5 (lima) tugas utama sebagai berikut:
1.Memahami
Bisnis
Tugas pertama dan utama yang merupakan
tanggung jawab eksekutif lain dalam jajaran direksi adalah mempelajari dan
memahami secara menyeluruh dan mendetail bisnis yang digeluti perusahaan. Kalau
dahulu manajemen inti cukup mempelajari semua komponen internal perusahaan
(khususnya sehubungan dengan produk-produk atau jasa-jasa yang ditawarkan).
Saat ini hal tersebut tidaklah cukup.
Persaingan yang
begitu cepat dan lingkungan bisnis yang sangat dinamis mengharuskan eksekutif
perusahaan untuk selalu memantau dan mempelajari aspek-aspek di luar perusahaan
(eksternal) secara intens dan terus-menerus, terutama yang terkait dengan
perilaku pasar (market) dan pelanggan.
Setidak-tidaknya, untuk dewasa ini, ada tujuh cara yang terbukti efektif untuk mempelajari hal internal dan eksternal perusahaan.
Setidak-tidaknya, untuk dewasa ini, ada tujuh cara yang terbukti efektif untuk mempelajari hal internal dan eksternal perusahaan.
Ketujuh cara tersebut adalah:
1) Memiliki armada SDM yang secara berkala mempelajari keadaan pasar dan komponen eksternal lainnya;
2) Mempelajari secara mendalam proses-proses penciptaan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan;
3) Mengundang bagian-bagian lain dalam perusahaan untuk berdiskusi secara berkala;
4) Menghadiri seminar-seminar yang berhubungan dengan industri terkait;
5) Membaca secara aktif publikasi-publikasi yang terkait dengan produk, jasa, dan industri di mana perusahaan yang bersangkutan berada;
6) Menjadi anggota forum-forum bisnis maupun akademis terkait; dan
7) Menjalin komunikasi aktif dan konsisten dengan para manajer lini perusahaan.
1) Memiliki armada SDM yang secara berkala mempelajari keadaan pasar dan komponen eksternal lainnya;
2) Mempelajari secara mendalam proses-proses penciptaan produk atau jasa yang ditawarkan perusahaan;
3) Mengundang bagian-bagian lain dalam perusahaan untuk berdiskusi secara berkala;
4) Menghadiri seminar-seminar yang berhubungan dengan industri terkait;
5) Membaca secara aktif publikasi-publikasi yang terkait dengan produk, jasa, dan industri di mana perusahaan yang bersangkutan berada;
6) Menjadi anggota forum-forum bisnis maupun akademis terkait; dan
7) Menjalin komunikasi aktif dan konsisten dengan para manajer lini perusahaan.
2. Membangun Citra Divisi
Tugas kedua yang menjadi tanggung jawab
seorang CIO adalah membangun kredibilitas direktorat sistem informasi yang
dipimpinnya. Hal ini sangat penting, mengingat banyak sekali karyawan yang
menilai bahwa penggunaan sistem informasi secara strategis merupakan ciri
perusahaan di masa mendatang, bukan saat ini.
Namun walau bagaimanapun juga, direktorat sistem informasi yang ada harus dapat membuktikan bahwa aktivitias-aktivitas yang dilakukan saat ini adalah merupakan jalan atau jembatan menuju masa depan. Direktorat, departemen, atau divisi sistem informasi (atau teknologi informasi) harus memiliki citra yang baik di mata fungsi-fungsi lain dalam perusahaan. Strategi yang paling efektif adalah dengan cara membantu para SDM di dalam perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya melalui utilisasi TI, karena hal inilah yang merupakan misi utama dari keberadaan sistem informasi di perusahaan.
Pemberian pendidikan dan pelatihan kepada para pengguna (users) sistem informasi, mulai dari staf sampai dengan manajer eksekutif, merupakan salah satu cara lain untuk meningkatkan citra divisi sistem informasi. Dengan menghasilkan “produk-produk” yang terbukti dapat membantu para karyawan dalam melaksanakan aktivitas perkerjaannya sehari-hari, divisi sisten informasi akan dengan mudah mendapatkan kepercayaan dari fungsi-fungsi lain di organisasi untuk membawa mereka ke bentuk perusahaan masa depan.
Namun walau bagaimanapun juga, direktorat sistem informasi yang ada harus dapat membuktikan bahwa aktivitias-aktivitas yang dilakukan saat ini adalah merupakan jalan atau jembatan menuju masa depan. Direktorat, departemen, atau divisi sistem informasi (atau teknologi informasi) harus memiliki citra yang baik di mata fungsi-fungsi lain dalam perusahaan. Strategi yang paling efektif adalah dengan cara membantu para SDM di dalam perusahaan untuk meningkatkan kinerjanya melalui utilisasi TI, karena hal inilah yang merupakan misi utama dari keberadaan sistem informasi di perusahaan.
Pemberian pendidikan dan pelatihan kepada para pengguna (users) sistem informasi, mulai dari staf sampai dengan manajer eksekutif, merupakan salah satu cara lain untuk meningkatkan citra divisi sistem informasi. Dengan menghasilkan “produk-produk” yang terbukti dapat membantu para karyawan dalam melaksanakan aktivitas perkerjaannya sehari-hari, divisi sisten informasi akan dengan mudah mendapatkan kepercayaan dari fungsi-fungsi lain di organisasi untuk membawa mereka ke bentuk perusahaan masa depan.
3. Meningkatkan Mutu Penggunaan
Teknologi
“Tak kenal maka tak sayang”, mungkin
demikianlah kalimat yang cocok ditujukan bagi para karyawan yang belum pernah
dan takut menggunakan komputer. Melihat bahwa keberadaan TI ditujukan untuk
meningkatkan kualitas kinerja SDM (employees empowerment), seorang CIO memiliki
tugas memasyarakatkan teknologi informasi agar digunakan secara aktif untuk
para karyawan perusahaan.
Selain pemberian program-program pelatihan (training) yang bersifat edukatif, diperlukan suatu strategi untuk membuat karyawan tertarik belajar lebih jauh dan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Caranya bisa beraneka ragam, mulai dari yang bersifat hiburan (entertainment) – seperti melalui permainan pada saat rekreasi perusahaan (company outing) – sampai dengan yang sangat serius, seperti diadakannya workshop khusus. Tujuannya adalah agar para karyawan akrab dengan komputer (computer literate), sehingga selain dapat meningkatkan kualitas kerja mereka, inovasi-inovasi baru berupa ide-ide pengembangan di masa mendatang akan turut berpengaruh pada pengembangan sistem informasi di perusahaan.
Selain pemberian program-program pelatihan (training) yang bersifat edukatif, diperlukan suatu strategi untuk membuat karyawan tertarik belajar lebih jauh dan memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Caranya bisa beraneka ragam, mulai dari yang bersifat hiburan (entertainment) – seperti melalui permainan pada saat rekreasi perusahaan (company outing) – sampai dengan yang sangat serius, seperti diadakannya workshop khusus. Tujuannya adalah agar para karyawan akrab dengan komputer (computer literate), sehingga selain dapat meningkatkan kualitas kerja mereka, inovasi-inovasi baru berupa ide-ide pengembangan di masa mendatang akan turut berpengaruh pada pengembangan sistem informasi di perusahaan.
4. MencanangkanVisiTeknologiInformasi
Tugas selanjutnya bagi seorang CIO
adalah menentukan visi perusahaan melalui pemanfaatan sistem informasi di masa
mendatang. Seorang eksekutif senior yang baik, adalah yang selalu bersifat
proaktif. Membantu perusahaan mencanangkan visinya di masa mendatang adalah
salah satu contoh sikap proaktif yang harus dimasyarakatkan di kalangan
perusahaan. Visi pemanfaatan sistem informasi merupakan bagian integral yang
tak terpisahkan dari visi perusahaan secara umum.
Melihat bahwa abad sekarang dan mendatang adalah era yang sangat bergantung kepada informasi, peranan CIO dalam melihat masa depan perusahaan menempati posisi yang cukup dominan. Namun tugas CIO tidak hanya terbatas untuk merumuskan visi saja, namun yang bersangkutan harus dapat memasyarakatkan ide-ide yang ada ke seluruh jajaran manajemen dan staf (create a vision).
Apalah artinya sebuah visi yang bagus tapi tidak ada seorang pun dari karyawan yang merasa perlu untuk mewujudkannya. Ada banyak teknik dan teori yang ditawarkan kepada manajemen untuk membantu merumuskan dan menjual visi kepada seluruh jajaran karyawan secara efektif. Hal ini sangat penting, karena visi merupakan akar dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan bisnisnya setiap hari.
Melihat bahwa abad sekarang dan mendatang adalah era yang sangat bergantung kepada informasi, peranan CIO dalam melihat masa depan perusahaan menempati posisi yang cukup dominan. Namun tugas CIO tidak hanya terbatas untuk merumuskan visi saja, namun yang bersangkutan harus dapat memasyarakatkan ide-ide yang ada ke seluruh jajaran manajemen dan staf (create a vision).
Apalah artinya sebuah visi yang bagus tapi tidak ada seorang pun dari karyawan yang merasa perlu untuk mewujudkannya. Ada banyak teknik dan teori yang ditawarkan kepada manajemen untuk membantu merumuskan dan menjual visi kepada seluruh jajaran karyawan secara efektif. Hal ini sangat penting, karena visi merupakan akar dari seluruh aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan dalam kegiatan bisnisnya setiap hari.
5. PengembanganSistemInformasi
Misiterakhirdariseorang CIO
tentusajamembuatsemuahal yang ada di atasmenjadinyata,
yaitumerencanakandanmengembangkanarsitektursisteminformasiperusahaan, yang
terdiridarikomponen-komponenseperti software, hardware, brainware, proses danprosedur,
infrastruktur, standard, dan lain sebagainya. Secaraberkesinambungan, seorang
CIO harusdapat me-utilisasikansisteminformasi yang
dimilikiperusahaansaatinisecara optimum, sejalandenganrencanapengembangannya di
masamendatang.
Suatu kali seorangpraktisimanajemenmengatakanbahwaseorang
CIO yang baikakandapat “memanusiakan” karyawannyadengancaramemanfaatkan TI
untukmembantunyamelaksanakanaktivitaspekerjaansehari-hari.Adapuntanggungjawabseorangdirektur
K3 adalah :
a).menetapkan
kebijakan k3
b).memastikan
sistem manajemen k3 diterapkan
c).menunjuk
wakil manajemen
d).menyediakansumberdaya yang
cukupuntuksistemmanajemen k3
e).menyediakantempatkerja yang
amandansehat
f).menetapkandanmemelihara program
k3
g).memberikan
dukungan bagi level manajemen dalam aktivitas k3
h).menyediakan
informasi k3 bagi pekerja
i).memastikan
pekerja mendapatkan pelatihan, disetifikasi jika dipersyaratkan
j).kemastikan
alat pelindung porsenel yang digunakan sesuai dan dalam kondisi yang baik
k).melakukan
evaluasi kinerja k3 level manajemen
l).menyediakan
perangkat bagi pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
karyawan yang puas dengan komitmen
tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) cenderung lebih positif, lebih merasa
terikat dan lebih produktif dibandingkan dengan karyawan yang bekerja di
perusahaan yang kurang "bertanggung jawab".
D.Tanggungjawab
karyawan
Pekerja dalam
istilah K3 adalah orang yang melakukan pekerjaan atau memberikan jasa yang
mendapat upah atas kegiatannya dari perusahaan. Dalam kaitannya terhadap Sistem
Manajemen K3, pekerja memiliki tanggung jawab, antara lain :
1.Bekerja
sesuai dengan peraturan dan persyaratan.
2.Menggunakan
peralatan, alat pelindung yang dipersyaratkan perusahaan.
3.Melaporkan
pada manajemen puncak atau supervisor atas kehilangan atau kerusakan peralatan
pengendali resiko yang dapat berpengaruh pada K3.
4.Melakukan
pekerjaan sesuai prosedur atau instruksi kerja.
5.Tidak
memindahkan atau menggunakan secara tidak benar berbagai peralatan
pelindung/pengendali yang dipersyaratkan oleh peraturan, undang-undang,
organisasi.
6.Tidak
mengoperasikan atau menggunakan peralatan apapun yang dapat menimbulkan bahaya
bagi pekerja.
7.Melaporkan
pada manajemen kondisi ketidaksesuaian apapun yang terjadi di tempat kerja.